Friday, January 6, 2012

Fourteenth : The Best For You


Maya sedang mengatur bunga-bunga dalam vas sebagai penghiasruangan di apartemen baru mereka. Dengan ujung ekor matanya dia mengamatisuaminya yang sedang bersantai di sofa sambil membaca buku. Mereka telah tigahari menikah dan Maya masih belum terbiasa melihat Masumi bersantai sepertiitu. Masumi yang dikenalnya adalah sosok yang enerjik dan sibuk. Dia terbiasadikelilingi banyak bawahan yang siap menjalankan semua perintahnya. Selain ituMasumi adalah jenis pribadi yang memiliki aura kekuasaan yang kental. Maya terbiasa melihatnya selalu memegangkendali, dingin, sinis, dan penuh perhitungan.

Maya masih harus berusaha keras membiasakan diri melihatMasumi dalam pakaian casual, jeans dan polo shirt serta hanya berkaus kaki.Selama berhari-hari mereka memang hanya asyik menikmati dunia baru mereka dantak mengijinkan siapapun untuk berbagi. Teman-teman Maya dari Teater Mayuko danIkkakuju cukup pengertian untuk memberi waktu kepada pasangan baru itumenikmati bulan madu mereka. Sementara untuk urusan pekerjaan baik Maya maupunMasumi sepakat untuk tidak membicarakannya. Topik tersebut sangat sensitif dankeduanya masih menikmati manisnya sebagai pasangan suami istri sehinggamembahas hal seberat itu sungguh tak bisa dimaafkan.
Tapi jauh di lubuk hati keduanya teramat sangat sadar bahwasaat itu sedang mendekat.

Sementara Masumi meski asyik membaca buku tentang teorimanagement namun pikirannya tidak sedang berada pada barisan kalimat yang adadi hadapannya. Meski tak melihat Masumi sangat merasakan keberadaan Maya diseberang ruangan. Bahkan meski mereka terpisah jarak beberapa meter Masumiseolah bisa merasakan helaan nafas istrinya, aroma hangat, halus, danlembutnya, bahkan gerak tangan serta kakinya. Masumi pun tahu bahwa Maya meskipura-pura sibuk namun sesungguhnya istrinya itu pun sedang memperhatikandirinya.

Bulan madu mereka selama tiga hari ini benar-benar luarbiasa. Tak hentinya mereka saling mempelajari satu sama lain, meski kadangmasih malu-malu berusaha meneliti setiap detil, setiap lekukan dan tonjolan,menikmati keberadaan satu sama lain. Sungguh perasaan bahagia tak terkatakankarena setiap membuka mata di pagi hari melihat orang tercinta berada dalamjangkauan. Bisa meraih dan memeluk dengan erat tanpa halangan, menghirup aromakeintiman dan menenggelamkan diri kembali dalam pusaran gairah yang begituintens yang tak menyisakan ruang sedikitpun untuk kepura-puraan.

Akhirnya karena merasa sia-sia saja membaca buku, Masumimelemparkan bukunya ke meja dan melompat bangkit. Dengan langkah-langkahpanjang dihampirinya istrinya di seberang ruangan. Meski baru musim semi, namunsore itu Maya sedang mengenakan salah satu koleksi busana musim panas daridesainer terkenal. Celana khaki yang panjangnya hanya sebatas bawah pinggul danatasan dari sutera putih berbola-bola mungil warna lembayung yang cantik.Kerutan menghiasi batas dada dan pinggang atasannya dengan tali tipis yangmenempel ringkih di kedua bahu lembutnya. Masumi sangat mengagumi selerafashion Maya sekarang. Kalau dulu Maya selalu tampil bersahaja sekarang Mayatampil elegan, berkelas, namun tetap simpel tanpa meninggalkan kesan muda danceria. Bila sempat terpikir untuk menjadikan Maya brand ambassador dari divisifashion Daito, maka sekarang dibuangnya jauh-jauh ide itu. Masumi tak akan sudimengumpankan Maya bulat-bulat kepada Daito.

Menyadari langkah Masumi Maya menoleh dan tersenyum. Senyumsejuta watt yang sanggup membuat Masumi membuang segala akal sehatnya. Kalaudia pernah menganggap senyuman Maya di panggung sebagai Aldis sempat menghipnotisnya,maka senyum Maya yang khusus ditujukan untuknya sekarang sanggup membuatnyagila. Maka tanpa sepatah kata, diraihnya Maya dalam pelukannya.

“Masumi? Hei? Ada apa?” tanya Maya, masih heran dengan sikapaneh suaminya yang sekarang makin sering dilakukannya, seolah ada doronganmisterius yang membuat lelaki itu sering bergegas menghampirinya dan memeluknyaerat-erat.

“Aku rindu kamu,” kata Masumi ringan.

“Aku tidak kemana-mana.”

“Benarkah?” Masumi tersenyum. “Bila kau tak datangmemelukku, maka aku yang datang untuk memelukmu,” tambahnya serayamembungkukkan tubuhnya agar bisa menenggelamkan wajahnya di gerai rambut Maya.

“Kau akan sakit punggung bila terus-terusan membungkukkanbadan begitu,” tegur Maya lembut.

“Aku akan terima resiko itu sebagai imbalan punya istri yangbegitu pendek,” jawab Masumi. Ada sinar jahil berkilat di matanya yang segeradisadari Maya. “Aku tak ambil pusing bila kau sakit pinggang. Toh itu badanmusendiri,” rajuknya. “ Hanya saja memalukan sekali punya suami tua renta danbungkuk,” cibirnya.

Masumi memencet hidung Maya dengan gemas sebelum akhirnyamencium hidung mungil itu dengan lembut. Milikku, pikirnya possesif. Hidungmungil ini milikku, senyum ini, bahkan jiwa ini milikku. Dan dengan satugerakan yang semakin sering dia lakukan dan semakin mudah, digendongnya Mayayang wajahnya memerah bak udak rebus mengantisipasi apa yang akan terjadikemudian. Dan benar saja saat Masumi menjatuhkannya di sofa tempat dia tadimembaca buku, Maya tak mau membuka matanya yang terpejam.

“Maya...” bisik Masumi gemas.

Saat akhirnya Maya membuka mata wajah Masumi sudah begitudekat hingga dia bisa merasakan hembusan nafasnya yang panas. Dan Maya punmengangkat tangannya, menelusuri wajah tampan dan keras itu dengan ujungjarinya. Tak henti dia meyakinkan dirinya bahwa wajah yang begitu indah miliklelaki gagah itu sekarang sudah menjadi miliknya. Suaminya. Ya, Masumi adalahsuaminya, lelaki yang akan melindunginya, lelaki kepada siapa dia akanmembaktikan dirinya, mencintainya, belahan jiwanya. Semua terasa pas. Tak adakeraguan apapun lagi. Dia akan mencintai tanpa syarat. Seperti Akoya mencintaiIshin. Seperti Mayuko mencintai Ichiren. Dan kini kisahnya sendiri dimulai,kisah Maya dan Masumi. Apapun yang terjadi di luar sana menjadi tidak pentinglagi.

Masumi menatap mata Maya yang balas menatapnya, membacakelebatan fikiran yang terpancar dari sinar mata perempuan itu. “Maya...”

“Aku mencintaimu, Masumi, sangat mencintaimu. Tahukah kauartinya?” tanya Maya lirih.

Masumi mengangguk dalam-dalam. “Aku tahu. Karena akupunmencintaimu, sepenuh hatiku.”

Dengan itu mereka saling memahami.

Beberapa saat kemudian mereka masih saling berpelukan. Masihtenggelam dalam sensasi yang baru mereka rasakan. Masih dengan setengahbermimpi Maya menyandarkan tubuhnya di dada suaminya. Lalu matanya menangkapbuku yang teronggok di meja bekas dilempar Masumi tadi serta membaca judulnya.Sebersit fikiran yang sejak tadi mengganggu menghampiri kepalanya.

“Masumi...”

“Hm...,” Masumi sedang asyik membelai rambut istrinya,matanya setengah terpejam menghirup aroma yang begitu disukainya itu.

“Bulan madu kita sudah berjalan tiga hari.”

“Iya. Kenapa? Kita merencanakan seminggu kan?”

“Apakah seminggu tidak terlalu berlebihan untukmu?”

Masumi membuka matanya, siaga dengan pertanyaan istrinyayang tiba-tiba. “Maksudmu?”

“Aku tak terbiasa melihatmu bersantai. Aku terbiasamelihatmu selalu dengan notebook, dokumen-dokumen, serta gadget canggih yangmengatur jadwal dan kegiatanmu. Aku tak terbiasa melihatmu begitu santai, halyang kau lakukan dalam tiga hari ini. Aku tak melihatmu membuka tas kerja, akutak melihatmu membuka notebookmu, bahkan aku tak pernah mendengar suaraponselmu. Ini tidak normal. Ini seolah bukan dirimu.”

“Aku sedang berbulan madu dan tidak ingin diganggupekerjaan,” kata Masumi singkat.

“Aku mengenalmu tidak hanya setahun dua tahun, Masumi. Danaku tahu bahwa pekerjaan sudah menjadi identitasmu. Sama seperti arti aktingbagiku. Kau begitu mencintai pekerjaanmu, menghabiskan hidupmu di situ, samaseperti aku mencintai dan menghabiskan hidup untuk akting. Kita bertemu karenakedua hal itu. Namun sekarang haruskah kau berubah hanya karena kita sudahmenjadi suami istri? Haruskah kau menjadi pribadi yang lain?”

Masumi merenungi sejenak perkataan istrinya. “Langsung kepokok permasalahan, eh?” tanyanya sambil tertawa kecil. “Ketika akumerencanakan pernikahan ini, aku seolah mendorong gunung dan lautan untukmengosongkan jadwalku. Aku ingin memberimu bulan madu yang sempurna tanpagangguan karena aku tak bisa memberimu upacara pernikahan yang layak untukmu.Aku telah membuatmu kehilangan banyak hal yang penting dalam hidupmu, dan akutak sanggup mengembalikan semua yang telah kurenggut itu. Satu-satunya milikkuyang berharga hanyalah pekerjaan, maka kuputuskan mengorbankan waktu bekerjaku yang berhargaitu untukmu. Aku menempatkanmu jauh di atas pekerjaanku, Maya, dan ternyata akutak menyesalinya karena kusadari bahwa kau jauh lebih berharga dibandingpekerjaan itu. “

Maya bergerak dalam pelukan Masumi. Dipandangnya wajahtampan itu. “Masumi, aku tak mau kau terpaksa berubah hanya karena aku. Akuakan baik-baik saja meski kau sibuk bekerja. Aku tak akan mengeluh bila waktubulan madu kita kau habiskan untuk menelepon dan mendiktekan berbagai perintahkepada sekretarismu. Aku menerima kau yang seperti itu, seperti kau yangmenerimaku lengkap dengan segala kebodohanku. Aku tak mau kau memberi lebihbanyak lagi untukku. Aku tak akan sanggup untuk membalasnya.”

“Kau sudah membalasnya dengan berlebihan hanya dengan mencintaiku,dengan menerima diriku yang seperti ini.”

Mendengar Masumi mengatakan hal itu membuat dada Maya terasapenuh dan tak terasa air mata menetes di pipinya. Dengan lembut dia mendekatkanwajahnya dan mencium bibir Masumi dengan lembut. “Terimakasih, belahan jiwaku,karena telah mencintaiku dengan begitu dalam,” bisiknya.

Malam hari saat Maya sudah terlelap di sebelahnya, denganperlahan Masumi bangkit dari tempat tidur dan berjalan menghampiri jendela.Dibukanya tirai hingga sinar bulan yang pucat menembus masuk ke dalam ruangan.Kemudian dijangkaunya mantel kamar dan dengan perlahan membuka pintu sertamelangkah keluar. Beberapa menit kemudian, dengan batang rokok menyaladitangan, dia berdiri di balkon, memandangi kota Tokyo yang terhampar di depannya.Dia teringat malam pertamanya berdua Maya, tidur di kamar sederhana yangterbuka jendelanya dibawah hamparan sejuta bintang. Sejuta bintang milikmereka. Dan saat sebuah bintang jatuh berkelebat di angkasa, untuk pertamakalinya dia berani mengungkapkan permohonannya. Meski dia merasa begitu konyolsesudahnya. Masumi Hayami, Jendral Perang dari Daito, berharap pada bintangjatuh? Pasti tak akan ada yang percaya. Kecuali Maya.

Pembicaraannya dengan Maya tadi kembali terngiang-ngiang ditelinganya. Mengingatkannya pada sesuatu yang berusaha dilupakannya, palingtidak selama bulan madu ini. Ya Tuhan, beri aku waktu sebentar lagi untukmembahagiakan istriku sebelum segalanya di luar kendali, pintanya dalam hati.Meski berusaha menunda, bahkan kalau bisa memungkiri kenyataan yang ada, namunjauh di relung hatinya, di dalam akal sehatnya, Masumi tahu bahwa dia harusbersiap menghadapi perang besar yang akan menghadang di depan. Dia memang telahmemiliki bermacam strategi, telah meneliti dan menguji strateginya dari segalasudut dan optimis semua akan sanggup dia atasi. Namun lawan yang dihadapinyajuga memiliki cara berfikir sepertinya. Tidak banyak yang tahu bahwa EisukeHayami memiliki otak dengan lorong-lorong bak labirin yang bisa menimbuklanterjadinya sejuta kemungkinan. Masumi yang berada langsung di bawah komando dandidikannya merasakan langsung dan menjadi saksi hidup betapa orang tua itu bisamenjadi musuh yang sangat tangguh, dingin, kejam, dan menakutkan. Perlu nyalibesar hanya untuk memikirkan mengalahkannya.

Namun Masumi sudah menyatakan tekad akan melawannya bilasedikit saja Eisuke dengan pasukan Daitonya menyentuh istrinya. Seumur hidupbaru kali ini Masumi memiliki keinginan sekuat ini, mencurahkan segala energiuntuk mencapai ambisi pribadinya. Selama ini dia bekerja keras hanya karena diatak tahu harus berbuat apa lagi untuk mengisi hidupnya. Dia sudahbertahun-tahun menjadi robot yang membanting tulang demi kejayaan Daito.Sekarang dia ingin berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri. Untuknya dan Maya.

Maya terbangun saat merasakan kekosongan di sebelahnya.Meski masih dengan mata terpejam, diraihnya Masumi dan mendapati tempat itukosong. Segera dia membuka matanya. Dalam keremangan kamar yang hanya mendapatsinar dari rembulan musim semi di luar dia bisa melihat sosok suaminya berdiridi balkon. Masumi tampak berfikir keras. Sampai sejauh ini Masumi memang samasekali tak pernah mengatakan dengan terus terang segala kemungkinan bilapernikahan mereka terekspos. Hubungan Masumi dengan Daito, hubungan Maya denganDewan Kesenian, maupun posisi Maya sebagai pemegang Hak Pementasan BidadariMerah serta posisi Masumi sebagai Direktur Daito, salah satu perusahaan yangakan mengikuti tender pementasan cerita agung tersebut.

Maya tahu pasti sangat berat bagi Masumi untuk berada dikedua sisi yang saling berseberangan itu. Dan status Maya sebagai istrinya jugaberperan sangat besar dalam menentukan segala keputusannya. Andai aku lebihpintar, Masumi pasti tak harus menanggung semua ini sendirian. Paling tidak diabisa membicarakannya kepadaku, pikir Maya masygul.

Malam itu baik Maya maupun Masumi, meski akhirnya beradadalam satu peraduan, namun sama-sama tidak bisa tidur dan tenggelam dalampikiran masing-masing.

Pagi hari, seperti biasa, Maya terbangun merasakan dekapanhangat Masumi di belakangnya. Merasakan punggungnya menempel erat pada dadabidang Masumi, merasakan nafas hangat Masumi menerbangkan anak-anak rambutnya,serta merasakan bibir dan lidahnya menelusuri batang lehernya. Merasakankebahagiaan itu Maya menggeliat pelan dalam rengkuhan lengan kekar Masumi.

“Maya...”

“Hmm?”

“Apakah kau tidak keberatan bila hari ini aku bekerja dirumah?”

Maya terdiam sebentar. Lalu berputar untuk menghadap Masumi.Dengan matanya yang sekarang terbuka sepenuhnya ditatapnya Masumi dalam-dalam.Meski tak terlihat Maya bisa merasakan bahwa pribadi Masumi yang lama,Masuminya, seorang penguasa, sudah kembali. Maya tersenyum lebar. “Sudah mulaisadar ya?” seringainya jahil.

Melihat seringaian istrinya Masumi cemberut. “Apakah kausudah bosan berada dekat denganku? Ya ampun, Maya, kita toh menikah baru empathari?”

“Bukannya bosan. Kalau kau hari ini bekerja, paling tidakaku bisa punya waktu jalan-jalan bersama Rei. Lagipula ketika kau bersikapsebagai suami yang baik begitu aku jadi tidak punya kesempatan untukmenjahilimu. Apa asyiknya kalau aku harus menuruti semua maumu? Kau sudahmendapatkannya dari semua bawahanmu. Menjadi suami baik-baik tidak cocok dengancitramu. Apa kata Nona Mizuki kalau tahu kau seperti ini?” cibir Maya.

“Aku menikah denganmu, bukan dengan Mizuki,” kata Masumi dandengan gemas membungkam mulut Maya yang hendak melontarkan kata-kata balasandengan bibirnya.

“Masumi, aku harus menelepon Rei,” kata Maya megap-megapdisela ciuman Masumi.

“Kau bisa melakukannya nanti,” Masumi menggelitik pangkalleher Maya dengan bibirnya.

“Aku juga harus bersiap-siap untuk jalan-jalan,” Mayaberusaha mengelak.

“Masih banyak waktu,” Masumi tetap tak peduli.

“Kau sebaiknya cepat-cepat bekerja atau kau akan kehilanganjutaan yen,” Maya mencoba taktik lain.

“Tidak apa-apa. Kau lebih berharga...” Masumi melancarkankecupan-kecupan panas di wajah Maya.

“Masumi...”

“Diamlah.”

Dan seperti biasa, Masumi sangat kuat.

Seusai mandi Maya mematut dirinya di cermin, bersiap memenuhijanjinya untuk keluar bersama Rei. Karena Maya sibuk berdandan maka Masumikebagian semua tugas domestik untuk menyiapkan sarapan yang simpel untukmereka.

“Maya, sarapan sudah siap,” kata Masumi sambil memasukikamar mereka. Melihat istrinya masih mengenakan mantel mandi dia berkata,“Perlu aku pilihkan pakaian?”

Maya menoleh kepada suaminya yang tampan yang sekarang sudahberdiri di belakangnya. “Boleh.”

Masumi pun membuka lemari pakaian dan memilih dari koleksibaju Maya yang ada. Dia berfikir untuk menambah koleksi pakaian Maya. Beberapamodel baju sudah berkelebat di otaknya. Paris, aku akan mengajaknya ke Parisberbelanja dan berbulan madu lagi, pikirnya. Sebuah rencana yang membuatnyasemakin ingin cepat-cepat menyelesaikan semua rencananya.

Setelah membantu istrinya berpakaian, sebuah hobi baru yangternyata sangat disukainya, mendandani Maya, Masumi memperhatikan saat diamengoleskan lipstick di bibir mungilnya yang menggemaskan. Tiba-tiba sebersitide jahil menghampiri kepalanya. “Maya,” panggilnya lembut. Istrinya bereaksidengan menolehkan kepalanya ke arah Masumi. Secepat kila Masumi mengecup bibirMaya kuat-kuat dan membuat berantakan riasan bibirnya.

“Masumi!” jerit Maya kesal.

Dengan terbahak-bahak, menghindari serbuan Maya yangmelempar sisir ke arahnya, Masumi melompat keluar dari kamar.

Seusai sarapan, masih ada waktu satu jam sebelum Mayabertemu Rei di stasiun. Setelah membenahi meja Maya menyusul suaminya yangsudah siap dengan notebook dan dokumen yang tersusun di meja di ruangan yangtelah disulap menjadi ruang kerjanya.

“Masumi...”

Masumi menoleh menatap istrinya. “Ada apa?”

“Masumi, aku tahu bahwa aku ini bodoh sehingga tak akanbermanfaat dalam meringankan beban pekerjaanmu. Tetapi sebagai istrimu akupaling tidak ingin tahu apakah yang akan kau lakukan berikutnya? Kupikir kautak mungkin akan berada di Daito. Keadaannya akan sangat tidak enak bagi kaudan aku meski aku sama sekali tak meragukan kemampuan dan niatmu.”

Masumi terdiam sejenak. “Duduklah, Maya, karena apa yangakan kita bicarakan ini sangatlah serius, bukan obrolan pengisi waktu,” undangMasumi.

Setelah istrinya duduk di sampingnya di kursi panjang yangada di ruang kerja itu, Masumi meraih kedua tangan Maya dan menggenggamnya.“Maya, sebelumnya aku ingin kau yakin dan percaya sepenuhnya kepadaku. Akuingin tidak ada keraguan di antara kita. Bila aku memutuskan tak memberitahuapapun padamu, itu semata-mata demi kebaikanmu sendiri.”

“Tapi Masumi...”

“Maya, kau tahu dan pernah merasakan sendiri seperti apaDaito, atau Eisuke Hayami, memperlakukan musuh-musuhnya. Kau ingat kanbagaimana aku dulu? Aku yang bertanggung jawab terhadap penderitaan gurumu,kehancuran teatermu, kematian ibumu, tolong... jangan potong omonganku,” kataMasumi melihat Maya membuka mulut. “Aku tahu kau bahwa kau sudah memaafkansemua itu, tetapi aku tak akan pernah melupakan semua yang telah kulakukanpadamu dulu. Daito musuh yang sangat kuat, percayalah, dan tidak bisadiremehkan sama sekali. Jadi aku harus sangat berhati-hati kali ini karena ini sepertimelawan diriku sendiri, melawan otakku sendiri, melawan orang yang meski takmau kuakui, adalah ayahku. Meski kami tak berhubungan darah, namun emosi,pikiran dan jiwa kami sangat tertaut. Aku sangat mengenal Eisuke seperti jugaEisuke mengenal diriku. Bisa jadi apa yang kupikirkan saat ini sudah pulaterpikir oleh orang tua itu, atau sebaliknya. Dan dalam semua itu aku tak maukau terluka. Tolong demi ketentramanku, percayalah padaku, pada setiap apa yangkulakukan. Kalaupun nanti kau harus terluka, percayalah bahwa itu yang terbaikuntukmu.”

“Masumi aku tak ingin kau terluka.”

“Aku kuat, Maya, sama sepertimu. Ijinkanlah, untuk sekaliini, aku melakukan yang terbaik untukmu, istri yang sangat kucintai. Dan janganpertanyakan apapun. Untuk kali ini tolong ikuti semua perkataanku. Pilihanmuhanya ada dua, mempercayaiku dengan mutlak atau tidak sama sekali.”

Maya menatap nanar wajah keras suaminya. Berbagai perasaanyang bergolak di dalam dadanya tak mampu untuk diungkapkan. Namun dia harusmembuat keputusan. Pikirannya tahu bahwa Masumi akan berjuang keras sendirian,namun di dasar hatinya dia juga menyadari Masumi membutuhkan kekuatan dandukungannya. Dukungan yang bisa dia berikan hanya dengan dia mempercayainyatanpa ragu, mencintainya tanpa syarat. Akhirnya Maya mengangguk, “BaiklahMasumi, aku mempercayaimu dan aku berjanji untuk tidak mempertanyakan kembaliapapun keputusanmu,” katanya lirih.

“Terimakasih, sayangku, aku membutuhkan kepercayaan itu,”Masumi bernafas lega, meremas lembut kedua tangan Maya yang berada dalamgenggamannya, untuk kemudian membawa kedua tangan itu ke mulutnya danmenciumnya lembut. “Ingatlah Maya, bila semua sudah terjadi, bila kau ragudimana kau harus berpijak, bila kau kehilangan jejakku, maka satu kata yangharus kau pegang, nagareboshi-bintang jatuh, disitulah ada aku.”
***

15 comments:

  1. smoga dan berharap hub MM akan baik2 saja

    ReplyDelete
  2. moga gak.ada riak2 tajam yg menusuk khidupan mrka k dpan..... biarkan mrka bahagia

    ReplyDelete
  3. Memangnya ada apa sih? Sepertinya gaswat *bingung* nunggu kelajutannya aja deh...semoga semua baik2 aja ya
    -mn-

    ReplyDelete
  4. next chapter nampaknya akan ada badai nih
    MH vs EH....

    ReplyDelete
  5. akhirna apdate juga MM.... semoga MM tetap bersatu walau badai datang menerpa.. MM SEMANGATTTTT.....

    wienna

    ReplyDelete
  6. dan perang pun sepertinya akan segera dimulai.
    Berharap semuanya baik2 saja.

    ReplyDelete
  7. Sukaaa bgd... Ow ow ow oww ... Trimakasihh mom atas suguhannyaa... Suka sukaa sukaaaaa.... Dilanjutin lg yaa

    ReplyDelete
  8. terima kasih sis olly akhirnya MM update lagi..

    ReplyDelete
  9. Duuhhh...berharapnya sih nothing happen seriously thd MM...tp,sptny bkl ada sad scene di update selanjutnyh...

    maya....percaya tanpa syarat ya sm masumi

    Sptny kisah cinta para bidadari merah begitu penuh liku

    ReplyDelete
  10. weh weh...tambah seru niih. gak sia2 nunggu lama buat kelanjutannya....good job sist.

    ReplyDelete
  11. sip sip
    babak baru di mulai
    cant wait to see next chapter

    pernikahan mereka masih lum diketahui media kan
    weitsss...pasti seru nih kl dah ktauan ^^

    ReplyDelete
  12. mang apa yg permintaan masumi ke bintang jatuh?

    ReplyDelete
  13. lanjutannyaa gimana ? serrru pastinya.

    ReplyDelete
  14. lanjutan lanjutan minta lanjutan *riri*

    ReplyDelete
  15. Sabar ya semuanya... Kalo udah selesai dibikin pasti di aplod kalo blm diaplod berarti belum selesai dibikin. Ok? Hehehe...

    ReplyDelete